Rabu, 27 Januari 2016

MENYIKAPI SUATU PERUBAHAN

Buya Dive menyiarkan :

MENYIKAPI SUATU PERUBAHAN

Di adlibkan dari : Broadcast Sukses 


Wahai sahabat radio broadcaster di Indonesia...


Pengelolaan siaran radio selama ini telah banyak mengalami perubahan, yang akibatnya mengharuskan orang radio berpikir keras ketika harus berinovasi dan berkreatifitas, agar eksistensi mereka tetap “survive” menghadapi perubahan, sekaligus mampu menghadapi persaingan antar sesama radio, maupun kendala-kendala yang datang dari beragam media lain yang terus berkembang dari waktu ke waktu.


Mari kita “review” perubahan demi perubahan yang dialami oleh pengelolaan siaran radio di Indonesia, sebagai berikut; 

Pada tahun 50 hingga 60-an, orang radio di negeri kita ini dibesarkan oleh siaran radio format RRI, yang memiliki pola siaran seperti majalah. Kemudian di era pemerintahan Orde Baru, siaran radio swasta semakin marak, dimana mereka (tetap) bersiaran mengikuti format majalah, yaitu suatu bentuk siaran radio yang mengudarakan beragam acara dari waktu ke waktu, persis seperti pola majalah. Ada pun sasaran pendengar siaran ketika itu, masih ditujukan untuk semua kalangan. Akibatnya, persaingan antar—radio dalam memperebutkan kue iklan pun semakin ketat. Namun untung saja, ketika itu TVRI belum boleh beriklan...
 
Selanjutnya radio swasta serentak menata diri, melakukan perubahan strategi berupa segmentasi pendengar, begitu pula format siarannya menjadi tetap sepanjang siaran. Dengan begitu, setiap (masing-masing) radio akhirnya punya kelompok pendengar yang tersendiri (segmented).


Ketika model “segmented” ini mulai berhasil, tiba-tiba muncul peraturan yang membolehkan penggunaan frekuensi FM untuk siaran radio komersil. Akibatnya terjadi kebingungan lagi..!? Apakah mereka harus pindah ke FM atau tetap bertahan di AM..!? Kalau pindah ke FM, haruskah siaran radio mengubah format siaran atau style siarannya..!? Al-hasil, sebahagian besar radio pindah ke FM, sedangkan beberapa yang lainnya bertahan di AM, dimana mereka (rupanya) masih tetap memiliki pendengar setia...


Ketika rata-rata siaran radio sudah tenang dan mantap mengudara di jalur FM, program atau format siaran mereka pun semakin jelas, begitu pula meningkatnya pendapatan iklan... 


Namun tiba-tiba, pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan, dengan dibolehkannya penyelenggaraan siaran komersil televisi swasta..!! Bukan hanya lokal, tetapi juga nasional. Kontan radio pun kembali gonjang-ganjing, mencari jalan bagaimana “berperang” melawan media televisi..!? Sebab sudah menjadi keniscayaan, jika kue iklan (tentu) akan lari ke televisi, karena selain punya suara, televisi juga dilengkapi dengan tampilan gambar (audio dan visual)..!? 


Selanjutnya sekarang di era reformasi, eksis pula beragam media canggih baru seperti internet, facebook, twitter, whatsapp, dan lain sebagainya, yang dapat diakses melalui smartphone milik hampir semua orang (terutama di kota-kota besar). Segala hal berkenaan informasi, musik, film, atau beragam hiburan lainnya, dapat mereka akses secara instan, real-time pula. Mereka seolah tidak lagi membutuhkan radio, televisi atau koran dan majalah..!? Terbukti, memang sudah ada perusahaan majalah atau surat kabar yang bangkrut alias gulung tikar..!! Bisa jadi, mungkin akan disusul oleh televisi lokal, stasiun radio, dan lain sebagainya..!?

Jika kita melakukan observasi, maka dalam setiap perubahan, biasanya akan muncul kekhawatiran, meski faktanya; bisa jadi ada profesional yang sukses melewati masa transisinya hingga berkembang dengan pesat..!! Namun di sisi lain, sepertinya terlalu banyak di antara mereka yang gagal, hingga akhirnya gulung tikar..!? 
Terdapat pertanyaan; “Mengapa mereka bisa gagal, dan mengapa pula mereka yang lainnya bisa berhasil..!?”


Suatu bentuk kegagalan orang radio, biasanya disebabkan oleh pikiran mereka yang cenderung pesimis dan merasa kalah sebelum perang..!? Alam bawah sadar mereka (seolah) memastikan, bahwa dirinya tidak akan berhasil..!! Akibatnya, apapun inisiatif yang mereka lakukan, cenderung tidak bisa dan atau tidak pernah optimal..!? Ada pun orang radio yang sukses, maka mulai dari pemilik, program, produksi, penyiar, hingga manajemen, ternyata tetap yakin bahwa mereka akan mampu memasuki era baru dengan konstalasi media yang berbeda. 


Dulu ketika televisi swasta lahir, banyak perusahaan radio yang gulung tikar, atau mereka (sebenarnya) ada pada kondisi “hidup segan mati pun tak mau..!?” Mereka yang gagal hingga tumbang itu, rupanya adalah perusahaan radio yang sebenarnya tidak paham “basic”, awam pula metode pengelolaan siaran radio profesional. Sepertinya mereka hanya sekadar mengekor kepada siaran radio kota besar, yang di anggap keren atau bergengsi..!? 


Sedangkan pengelolan siaran radio profesional yang sukses, lantaran mereka benar-benar konsisten bersama inovasi dan kratifitas yang cemerlang. Saking larisnya program dan siaran mereka, bahkan ketika produsen ingin beriklan sampai harus “waiting list” alias antre segala..!! like emotikon grin emotikon Jadi bukan lantaran mereka banting harga, atau menghancurkan harga pasaran iklan radio-radio lain yang ada di sekitarnya. Sungguh kelakuan seperti itu merupakan perbuatan amatir yang sangat memalukan..!!


Apabila anda berkenan memahami pesan dan nasihat profesional yang sebenarnya, terutama jika radio anda ingin selamat dan sukses melewati setiap perubahan, maka yakinlah bahwa; RADIO ANDA HARUS MENJADI RADIO YANG SESUNGGUHNYA, YAKNI SUATU MEDIA (HANYA) AUDIO SAJA YANG MEMILIKI KEKUATAN IMAJINASI..!! Artinya bersiaranlah radio anda, dengan mengelola program-program yang (harus) paling cocok dan khas untuk radio. Bukan malah “kalap” lantaran mendapati kesuksesan media lain yang kekuatan sebenarnya bukan imajinasi, lalu radio anda repot mengadaptasi (semisal) program televisi kedalam siaran radio..!? 


Sekali lagi, Jangan pernah anda coba-coba menjadi media lain..!! Misal: acara Fesbuker laris—manis di televisi prime-time, lalu radio anda ikut-ikutan (pula) membuat acara yang sama, dan disiarkan dalam waktu prime-time juga (pagi atau sore). Maka anda boleh percaya, bahwa ITULAH CARA PALING BAGUS UNTUK MEMBUAT PENDENGAR TIDAK SUDI LAGI MENDENGARKAN SIARAN RADIO ANDA..!! 

Mengapa..!? Yakinlah, bahwa karakter media radio, pasti berbeda dengan karakter media televisi, dimana mereka sama-sama punya keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Oleh karena itu optimalkan keunggulan media anda, bukan malah mengoptimalkan kelemahan yang ada pada media anda..!!


Radio adalah media dimana pendengar yang mendengarkan siaran anda, merasa ada seseorang yang mendampingi. Seseorang ini sudah tahu (tanpa harus diberi tahu), apa yang ingin pendengar dengar untuk dibicarakan. Bahkan seseorang ini, juga tahu lagu apa yang ingin pendengar dengar saat ini. Sungguh bertolak belakang dengan konsep televisi, dimana ia menghadirkan panggung atau pentas kedalam ruangan pemirsa, lalu mereka menjadi penonton yang dapat melihat apa saja yang terjadi di panggung... 


Maka silakan anda pikirkan dan rasakan sendiri; apabila orang-orang yang tidak anda lihat di dalam suatu ruangan (sebuah) siaran radio, lantas mereka “cekikikan” tidak ada juntrungannya, atau mereka terbahak-bahak lantaran mendapati teman siaran yang (misalnya) lagi bokek, sedangkan sebagai pendengar anda tidak tahu apa yang mereka tertawakan..!? Tidakkah dengan begitu anda merasa jadi “kambing congek”, lantaran anda hanya mendengarkan suara yang tidak jelas maksud dan tujuannya..!? Begitulah jika orang radio tidak paham bahwa medianya bukan televisi, dimana pendengar hanya bisa mendengar suara saja..!!


Apabila mangga di bikin rasa jeruk atau jeruk di bikin rasa mangga, maka akan dapat dipastikan bahwa mereka itu tidak akan laku..!! MANGGA YA HARUSLAH MENJADI MANGGA YANG BAIK DAN BENAR, SEBAGAIMANA JERUK JUGA HARUS MENJADI JERUK YANG BAIK DAN BENAR, AGAR DUA-DUANYA BISA DIBELI DAN DINIKMATI..!! 


Rumus sukses untuk setiap perubahan bagi media radio adalah; ikuti perubahan dengan melakukan penyesuaian secara kreatif, tanpa harus mengubah inti karakter media radio. Dengan demikian media radio justru akan semakin kuat dengan adanya perubahan.


Begitu pula di era digital, cara bersiaran radio anda tidak harus berubah. Tetapi cara bersiaran itu, tentu saja harus yang paling bagus, baik dan benar. Secara teknologi memang berubah dari analog menjadi digital, artinya banyak peralatan yang harus di-convert ke digital. Selebihnya sama saja, radio ya RADIO, HANYA MENGANDALKAN SUARA..!!


Last but not least, ada satu hal penting lain yang perlu anda ingat; bahwa sekarang masyarakat punya alternatif baru yang lebih luas dan lebih banyak pilihan melalui smartphone mereka, yakni untuk memenuhi keinginan akan musik atau lagu, video, informasi dan berita, serta beragam kebutuhan lain untuk bersosialisasi. Semuanya itu tinggal mereka klik melalui smartphone—notebook—atau Ipad saja..!! 


Masalahnya, apakah orang yang memiliki smartphone ini punya keinginan untuk mendengarkan radio..!? Khususnya siaran radio anda melalui smartphone-nya..! 

Nah, inilah tantangan utama sesungguhnya bagi orang radio, dimana mereka hendaknya “menciptakan sesuatu”, yang kemudian menyebabkan para pemegang smartphone jadi ingin terus tune-in di radio anda; yakni seperti apa yang mereka lakukan dengan facebook—twitter—whatsapp—dan lain sebagainya...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar